Rasa jenuh dan bosan keluar menghilang saat aku keluar dari studio. Entah mengapa dua dari tiga buah lagu yang aku ciptakan tak menarik minat teman-teman bandku untuk merealisasikannya, padahal masih ada sebuah lagu yang belum mereka dengarkan.
Aku tidak bisa memaksa kehendakku begitu saja, karena sebuah band harus demokratis, kalau teman-teman nggk setuju, ya sudah. Akupun menyadari, permainanku tidak maksimal, bahkan cenderung melakukan kesalahan pada latihan dua jam tadi.
Perasaan inilah yang mengakibatkan aku begini. Nggak hanya pada kegiatan bandku, tapi mengganggu disetiap aktivitasku. Namanya Maria, tapi aku memanggilnya “May”. Itu panggilan akrab saat aku mulai bersahabat dengannya.
Tapi sejak dia tahu perasaanku yang menyukainya, entah mengapa perlahan dia menjauh dariku, seolah menghindar dan aku merasa dia membenciku. Mungkin aku bukan pria yang dia harapkan, tapi aku nggak mau kehilangan teman sebaik dia.
Aku bergegas ke kampus, jam kuliah 30 menit lagi selesai. Aku sengaja bolos kuliah untuk latihan band. Di depan ruang UKM Musik, aku bermain gitar dan bernyanyi dengan suara lantang sambil menunggu May lewat.
Akhirnya dia lewat juga.
“Maaay…” sapaku dengan manja.
“Ada apa!” jawab May dengan ekspresi wajah sinis, tak ada senyum sama sekali
“Ngobrol sedikit bentar dung, kangen nich….” Aku menggodanya
“Nggak ada waktu” dia masih enggan menunjukkan senyumnya
“Hei tunggu bentar sedikit. Mengapa…”
“Apa aku bukan lagi kau anggap teman May?
Apa hanya karena itu, kau memutuskan persahabatan?
Seharusnya bukankan cinta sebagai penghias persahabatan, bukan perusak persahabatan?”
“Maaf Joe, aku nggak bisa menerima cintamu”
“Aku nggak minta itu May, bisakah kita seperti dulu? Tertawa, bercanda, ataupun menangis, tanpa ada sesuatu yang mengganggu?”
May hanya mengangguk tanpa bicara.
“Aku ada lagu untukmu May…”
“Huffft… GOMBAL…” dengan perlahan dia meninggalkanku
Ku mainkan gitarku sambil bernyanyi, lagu ketiga yang belum sempat didengar teman-teman di Bandku. Aku memang menciptakan lagu ini untuknya.
“Hangatnya sebuah senyuman
dan halus tutur kata
yang ada pada dirimu”
dia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap kearahku, namun masih menunjukkan ekspresi yang mengerutkan dahi
“Segala kerendahan hati
Dan sedikit rasa manja
Membuatku semakin terlupa
Akan kerasnya hidupku di dunia”
Ekspresi kemarahannya mulai meredup, namun masih enggan menampilkan raut wajah yang bersahabat. Perlahan tapi pasti dia mendekat, seolah menghayati dari kata demi kata yang kunyanyikan.
“Diam dalam sepiku
Disini masih menunggumu
Dan sebelum kau berlalu pergi
Dengarlah kejujuran hati ini”
Kuhentikan permainan gitarku sebentar, sambil menatap matanya dalam-dalam. Dengan raut muka penasaran, sepertinya dia menantikan kata-kata apa lagi yang keluar dari mulutku. Masih menatap matanya, aku meneruskan nyanyianku.
“Kaulah senyumku
Kaulah mimpiku
Berikanlah aku setetes cinta dihatimu
Kau harapanku
Yang aku tunggu
Jadikanlah aku sesuatu didalam hidupmu
Saat kau tertawa
Hingga kau terluka…”
Aku berhenti berhenti bernyanyi. Dan berkata
“Aku merindukanmu yang dulu May, maafkan sikapku selama ini yang kau anggap mengganggu. Pernahkah kau merasa kehilangan seperti aku sekarang ini?”
Dia hanya terdiam, dan tersenyum manis
Dan kita masih saling bertatap muka tanpa bicara, hingga sesuatu terucap dari bibir tipisnya
“Lagumu bagus Joe, coba nyanyikan sekali lagi untukku”
Akhirnya kita bisa bersahabat lagi seperti dulu, kehidupanku kembali normal seperti semula. Meskipun aku menginginkan dia seutuhnya, dan akupun akan bersabar hingga suatu saat nanti, kehendak dari Yang Maha Kuasa yang akan menentukannya, dan apapun itu, ku harap menjadi yang terbaik baik kita berdua.
Lagu tersebut telah berhasil direkam, “Sesuatu didalam hidupmu” adalah judulnya. lagu mulai digemari dari teman-teman disekitar kampus, sampai diputar dibeberapa radio di kota ini, Dan berharap suatu saat nanti bisa menggema di seluruh negeri.
-(cerpen JP 25082010)-